Dec 31, 2010

Produktif di Malam Pergantian Tahun

BismiLLAH

Fenomena akhir tahun yang marak dengan bunyi terompet dan hiruk pikuk jalanan tentu bukan pemandangan yang asing di Indonesia. Banyak dari kita memanfaatkan moment ini untuk hura-hura dan melakukan hal-hal yang tak berguna. Para muda-mudi misalnya, kita bisa lihat mereka memenuhi jalan dan mall-mall. Belum lagi villa-villa yang ada di pinggir kota yang juga jadi sasaran mereka untuk merayakan tahun baru.

Fireworks on new year night

Jika kita lebih memperhatikan dan lebih sadar akan betapa pentingnya waktu yang berlalu, tentu kita akan lebih banyak menangis dan menyesal. Mengapa? Karena waktu adalah hal yang tak akan pernah kembali dan akan terus berjalan, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau.

Nah, sekarang jika melihat realita yang ada, ketika satu tahun berlalu, kebanyakan malah merayakan dengan pesta atau hal-hal yang tak bermanfaat lainnya, sungguh aneh namun beginilah keadaanya.

Jika kita kembali bertanya kepada diri kita dan melihat lebih jauh arti kehidupan kita, maka kita akan menemukan bahwa arti keberadaan kita tentu bukan tanpa sebab. Kita diciptakan pasti ada suatu maksud dan tujuan. Sedangkan hura-hura atau berlebihan dalam kesenangan di dunia bukanlah maksud dari existensi kehidupan kita.

Mengadakan pesta atau bersenang-senang di malam pergantian tahun bukanlah ciri seorang muslim yang produktif. Jika ada yang mengatakan bahwa malam pergantian tahun sebagai moment hiburan, justru ini yang tidak logis. Mengapa? Karena ketika memasuki tahun yang baru berarti umur kita berkurang. Sekarang apakah logis merayakan umur yang berkurang?

Bukankah sebaiknya kita mulai untuk menghitung dan memandang kembali satu tahun kemarin yang tengah berlalu. Mulai mencari hal-hal yang belum sempat terlaksana. Menghitung kealpaan diri dari berbagai aktifitas produktif yang sebenarnya akan lebih maksimal jika di kelola dengan baik dan akurat.

Berikut beberapa tips untuk melalui malam tahun baru dengan produktif :

1. Merenung dan menghitung

Investasikan waktu sejenak untuk merefleksi diri kebelakang, dan mulailah menghitung capaian diri yang sudah terlaksana dan bandingkan dengan yang belum tercapai. Kemudian analisalah apa saja kelemahan internal dan kendala eksternal yang menghambat capaian diri kita. Kemudian mulailah menetapkan azzam dan niat yang tulus untuk memulai perbaikan.


2. Membuka kembali catatan target hidup jangka panjang

Jika anda telah membuat program jangka panjang hidup , kini mulailah untuk melihat kembali catatan tersebut. Kemudian bertanyalah kepada diri anda, apakah selama ini anda telah berjalan mendekati target tersebut atau malah anda berada jauh dari jalur yang sudah anda rencanakan. Saatnya merenovasi diri menuju perbaikan.


3. Membuat konsep program hidup untuk satu tahun kedepan

Konseplah mimpi anda untuk satu tahun kedepan. Rancanglah target yang ingin anda selesaikan segera, dan mulailah untuk menetapkan priority task dan kuadran urgent & important. Latihlah diri anda untuk selalu commit dengan apa yang sudah anda targetkan.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada ALLAH dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada ALLAH, sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS.59:18


4. Menuliskannya dan menempelkannya ditempat yang sering terlihat

Dengan menuliskan dan menempelkannya maka bisa dipastikan akan selalu terbaca pada saat kita melaluinya. Dengan begitu kita akan selalu teringat dengan tujuan yang ingin kita capai. Karena jujur ketika kita hanya merencanakan tanpa mau menuliskannya, maka ia akan berlalu dan terlupa begitu saja.


5. Doa

Walaupun saya taruh di point nomor 5 bukan berarti Doa tidak penting, justru saya ingin mengingatkan bahwa setiap apa yang kita usahakan hendaklah diawali dengan doa, dan diakhiri pula dengan doa. Jika diawal kita memohon agar diberi kemudahan dan keberkahan, maka di akhir kita berdoa agar amal perbuatan yang kita lakukan mendapat pahala dan bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama.

Saya rasa itu dulu, jika ada yang ingin menambahkan atau berdiskusi silahkan komentar. Semoga bermanfaat.

WaALLAHua'lambishawwab.

Photo Credit by Zay Kureshi

Dec 25, 2010

Sai Zine #9

BismiLLAH,

Sai Zine yang baru udah terbit, silahkan unduh langsung dari link berikut. Semoga bermanfaat !

Alasan Untuk Memiliki Sikap Produktif

Photo Credit by Muhammad Ghouri
BismiLLAH

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. QS. 42:20

Antara satu orang dengan yang lainnya tentu memliki isi kepala yang berbeda. Artinya tentu memiliki pemikiran yang tidak selalu sama. Hal ini juga mempengaruhi motif dan tujuan seseorang untuk menjadi produktif dalam kesehariannya. Ada yang bersikap produktif untuk meningkatkan karirnya, ada pula yang ingin mendapatkan banyak uang dan ada pula yang hanya mengejar kekuasaan.

Ayat diatas memberikan garis bawah untuk motivasi sebenarnya bagi setiap muslim untuk bersikap produktif, yaitu untuk mencari pahala dan ganjaran kebaikan dari ALLAH Azzawajall di akhirat kelak.

Beberapa mungkin berpendapat bahwa pahala di akhirat hanya dapat diperoleh dari amal-amal sholeh yang sifatnya spiritual, misalnya, ketika kita berangkat kerja setiap pagi, kita berangkat kerja tentu dengan harapan untuk mendapat gaji di akhir bulan, namun bagaimana dengan akhirat kita ketika kita bekerja? Apakah ini berarti produktifitas kerja kita di kantor akan berujung pada kesia-siaan? Belum tentu. Setiap tindakan anda tergantung dari niat anda. Jika anda berangkat kerja dengan pola pikir dan niat untuk mendapat penghasilan yang halal, memberi makan keluarga dari rezeki yang halal pula. Menggunakan penghasilan yang kita dapatkan untuk bersedekah dan berzakat atau menabung sebagian untuk biaya naik haji/umrah. Maka 'Ya' anda telah mengejar akhirat dengan amal dan produktifitas anda, dan tentu akan di balas oleh ALLAH Azzawajall insyaALLAH.

Dec 20, 2010

Berani Mengakui Kesalahan

BismiLLAH

Time to Let It Go


Ada kalanya dalam suatu aktifitas pekerjaan kita merasakan hal yang kurang berkenan, entah itu ada hal yang salah atau ada hal yang tidak direncanakan terjadi. Kadang kita sudah melakukan yang terbaik, namun ada saja beberapa hal yang membuat hal tersebut berantakan. Entah itu karena ulah pribadi atau koordinasi yang lepas tak terkendali. Nah, pada saat hal tersebut terjadi, biasanya akan muncul suatu sikap 'takut disalahkan' atau lebih buruknya 'takut mengakui kesalahan'.

Sebenarnya apa yang menyebabkan kesalahan terjadi? Kesalahan bisa terjadi karena beberapa hal. Yang paling sering terjadi adalah kelalaian. Manusia memiliki kecenderungan untuk lalai, dan ini manusiawi - dalam artian yang wajar tentunya. Lantas apa yang sebaiknya kita lakukan? Lari dari masalah dan pura-pura tidak tahu atau kembali untuk memperbaiki keadaan, dan bermacam opsi lainnya yang akan muncul dibenak untuk memperbaiki kesalahan yang telah kita lakukan. Semua kembali ke pilihan masing-masing individu.

Terkadang malah kita menyesali dan meratapi, hal ini adalah hal yang dilarang kita lakukan sebagai Muslim. Menyesali kesalahan tidak akan menyelesaikan masalah. Masalah butuh tindakan, karenanya mulailah untuk bersegera mengambil tindakan jika kita melakukan kesalahan. Tindakan yang paling utama adalah tindakan perbaikan.

Takut untuk disalahkan adalah sikap yang sangat salah dalam menyikapi setiap kesalahan yang terjadi. Justru jika ada kesalahan, dan kita memang bersalah, tanpa harus menunggu terdakwa bersalah lagi kita harus langsung mengakuinya dan memperbaikinya. Bersikap berani untuk mengakui kesalahan adalah modal yang sangat mahal. Karena sekarang yang malah membudaya adalah budaya 'Takut disalahkan'. 

Jadi, apakah anda termasuk orang yang berani mengakui kesalahan dan melakukan perbaikan? Apakah anda punya solusi untuk mengatasi budaya 'takut disalahkan'? Silahkan berbagi. 


Photo Credit By ShuttrKing|KT

Nov 14, 2010

7 Kunci Jawaban Ujian : Presentasi

BismiLLAH.

Menghadapi ujian bukanlah hal yang tidak mungkin kita lakukan secara mandiri. Ujian adalah indikator kita untuk mengukur sejauh mana pemahaman kita terhadap materi pembelajaran. Semoga slide berikut ini dapat memberikan manfaat. Aamiin.

Sep 29, 2010

Indikasi Penyakit Berbahaya

BismiLLAH

AlhamduliLLAH, bersyukur kepadaNYA atas segala karunia yang hingga saat ini masih saya rasakan. Tidak hanya saya, namun juga seluruh mahluk di semesta raya yang luasnya tak mampu dijangkau oleh kemampuan akal manusia yang terbatas. Mulai dari yang mikro hingga yang makro. Semuanya mendapatkan curahan Rahmat dan Kasih SayangNYA tanpa terkecuali. Bahkan hambaNYA yang senantiasa mendustakan dan mengabaikan perintahNYA tetap mendapatkan RahmatNYA secara adil tanpa terzalimi sedikit pun. SubhanaLLAH.

Hari ini ingin bercerita tentang ‘EGO’. Yah, hal satu ini emang paling sulit terdeteksi. Letaknya ada di dalam hati. Hingga tak jarang ia tumbuh subur merambati kebaikan yang kita lakukan. Menurut saya ego adalah sebuah sikap self-minded, artinya seseorang yang memiliki egoisme yang tinggi selalu berpikir tentang dirinya saja. Enggan berkontribusi untuk kebaikan bersama. Dan cenderung memiliki perasaan merasa lebih baik daripada orang-orang di sekitarnya.

Ini merupakan penyakit hati dan membutuhkan pengobatan serius. Bila kita melihat ada seseorang teman yang sakit karena penyakit yang tampak, luka bakar misalnya, kita bisa langsung memberikan pertolongan pertama padanya. Namun akan sangat berbeda bila seseorang terjangkit penyakit ini. Penyakit ego akan tumbuh dan merusak hati penderita. Membumihanguskan segala amal kebaikan yang pernah ia lakukan. Menjadikan segala kebaikannya sebagai bumerang.

Mengapa? karena syetan akan memperindah sesuatu amal, baik itu amal keburukan maupun amal kebaikan. Tujuannya adalah agar bibit-bibit ego tersebut terpupuk dan mulai tumbuh. Contohnya seperti ini, tentu kita pernah melakukan suatu kebaikan, entah apapun itu yang pasti adalah suatu kebaikan. Tak terpungkiri ketika kita melakukan kebaikan tersebut, ada bisikan lain yang ikut menyusup ke relung hati kita. Bisikannya sangat professional, “wah, amal kebaikanmu ini sangat langka loh...sungguh amat jarang ada seorang sepertimu”. Okay, ini adalah bisikan yang membuat kita merasa bangga atas diri kita, hingga kita lupa bersyukur atas karunia ALLAH Azzawajall atas kita, hambaNYA yang lemah dan faqir.

Kalau syetan memperindah amal keburukan sudah tak perlu saya jelaskan lagi. Karena sudah banyak yang terjadi, dan masih sering kita lakukan. Menunda shalat contohnya. Menomor duakan panggilan ALLAH Azzawajall, Pemilik Semesta Alam. Pemilik waktu siang dan Pemilik waktu malam. Kalau kita mau benar-benar berfikir, sungguh segala rezeqi yang kita terima hari ini, adalah karena izinNYA. Lantas mau sombong seperti apalagi kita ini. AstaghfiruLLAH.

Yang mampu mengobati penyakit ego ini, adalah diri kita sendiri dengan ikhtiar kita sebagai manusia dan hanya memohon pertolongan dan perlindungan kepada ALLAH Azzawajall. Banyak-banyaklah mengingat ALLAH, mengingat begitu luas bumiNYA tempat kita berpijak ini. Berfikirlah tentang silih bergantinya malam dan siang. Dan tunduk patuhlah pada keputusan ALLAH atas hambaNYA. Yaitu menghambakan diri secara total dan ikhlas kepada ALLAH, dan menolak secara baik dan tegas segala bentuk penghambaan diri kepada selainNYA.

WaLLAHua’lambishawwab

Sep 22, 2010

Kelemahan yang Harus Kita Sadari

BismiLLAH

Setapak kutinggalkan iman, ketika ku meng'iya'kan maksiat terlaksana. Itulah yang terjadi ketika diri yang lemah ini senantiasa melalaikan diri dari mengingatNYA. Merasa lebih baik dari yang lainnya padahal belum melakukan apa-apa. Begitu banyak nafilah yang ditinggalkan, namun merasa biasa tanpa ada perasaan bersalah. Padahal ini adalah bentuk dari kemunduran. Kemunduran yang sangat fatal bila dibiarkan berlanjut. Sangat fatal bagi mereka yang memohon kepadaNYA untuk ditunjukan jalan yang lurus.

Menilai seseorang memang mudah, namun menilai diri pribadi sangatlah sulit. Adakalanya kita overestimate, merasa mampu, merasa cukup, merasa memiliki segalanya sehingga lahirlah 'kibr' atau sombong dalam hatinya. Sehingga ia mengejek orang lain dengan memandang rendah, lidahnya tak berucap namun bathinnya meninggi. Tak tampak memang, namun bukankah ALLAH Maha Mengetahui isi hati?

Maka disinilah kelemahan yang harus kita sadari, bahwa kita memiliki kemampuan ini karena ALLAH Azzawajall yang mengkaruniakannya kepada kita. Bukan karena kemampuan otak kita atau karena kita memiliki harta lebih dari yang lainnya. Tak lain semua ini adalah karuniaNYA kepada kita, hambaNYA. Maka bersyukurlah, namun kita harus sadar bahwa kelak karuniaNYA akan dipertanggungjawabkan. Maka binalah sikap kehati-hatian dalam jiwamu, agar ia mengingatkanmu saat kau terlupa.

Adakalanya kita bersikap underestimate, merasa kurang, pesimis, hilang harapan, enggan berusaha. Ini merupakan sikap tercela, karena Muslim terkenal dengan mujahadahnya (kesungguhan). Namun sungguh suatu ketika akan kita jumpai sikap ini dalam diri kita. Seolah kita lupa, bahwa sungguh ALLAH Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. QS. Yasin :82

Sungguh ALLAH Azzawajall memerintahkan kita untuk berusaha, untuk berupaya, untuk bekerja, untuk beramal shaleh. Agar jangan ada rasa putus asa di jiwa kita, karena semua telah diatur olehNYA. ALLAH Azzawajall hendak menguji diantara kita semua, siapa yang mampu bekerja sebaik-baiknya. Siapa yang benar-benar menghambakan diri secara total kepadaNYA. Karena inilah tujuan kita dan jin diciptakan.

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. QS. Adz Dzriyat:56

Dari sini kita mendapati bahwa jiwa kita begitu lemah tak berdaya. Kita sangat membutuhkan ALLAH Azzawajall, kita sangat membutuhkan petunjukNYA. Kita sangat mengharapkan keridhaanNYA. Kita begitu menantikan keberkahanNYA. Kita sangat bergantung kepada KemurahanNYA. Maka bersabarlah bersama keistiqamahan yang membaja, mengakar kokoh tinggi menjulang dalam resistensi ketaqwaan.

Mari kita berangkat untuk terus memperbaiki diri, menyibukan diri dengan nafilah, dengan tilawah, dengan murajaah, dengan silaturahiim, dengan amal mujahadah. Semua kita lakukan semata-mata karena untuk menggapai ridhaNYA. Bukan untuk mendapat apresiasi dari manusia. Sungguh kelak jika kabar gembira itu sampai kepada kita, maka kelak kan kau dapati wajah ini tersenyum indah.

Sungguh kita pernah merasakan kesulitan, dan semua kesulitan itu pun hilang dengan hasil kebaikan yang kita capai atas izinNYA. Begitupun dengan kehidupan kita, kelak kita akan dibalas sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Ketika saat itu tiba, maka kelak akan hilanglah rasa penat didalam jiwa, kesempitan akan menjadi lapang. Semua akan indah jika kita bersabar pada ketentuanNYA, berharap hanya kepadaNYA, dan melakukan amal sebaik-baiknya hanya untukNYA.

WaALLAHua'lambishawwab

Akhir Ramadhan di Masjidil Haram

Saya pernah ke New York yang disebut-sebut oleh penduduk dunia dengan julukan the city that never sleep. Kota ini selalu menyimpan kesibukannya, orang-orang yang mencari hiburan, mengejar perbendaharaan, dikejar tenggat waktu yang tak kenal tapal. Tapi toh, saya menjumpai waktu-waktu lengang di the big apple city ini.

Saya juga pernah ke Jepang, yang juga disebut-sebut manusia sebagai negara yang tak kenal lelah, wabil khusus Tokyo yang nyaris tak memiliki jam kerja. Kita selalu bisa menjumpai lampu-lampu yang menyala di bilik-bilik gedung yang tinggi sebagai tanda selalu ada orang-orang yang mengejar pencapaiannya. Perempatan jalan yang selalu riuh ketika lampu berwarna merah dan tanda pejalan kaki beroperasi dengan sempurna. You named it, jam berapa, hari apa, Tokyo selalu berdetak jantungnya. Tapi saya juga menjumpai, ada detik-detik panjang yang sepi di beberapa bagian kota ini.

Saya juga pernah menginjakkan kaki di London, ibukota Inggris Raya yang masuk sebagai kota-kota besar di dunia. Hiburan, pekerjaan, kesibukan tak pernah absen di kota yang telah tua ini. London telah menjadi saksi tentang sejarah betapa sibuknya manusia. Tapi, sekali lagi, ada kalanya kota ini menghela napas panjang dari berbagai kepenatan.

Hari ini, untuk kesekian kalinya saya menginjakkan kaki di tanah haram, Makkah al Mukaramah, kota suci ini benar-benar tak kenal jeda. Khususnya waktu-waktu seperti ini, ketika Ramadhan tiba. Di seluruh sudut kota, di sepanjang jalan yang meruasinya, selalu ada manusia. Bukan dalam hitungan puluhan atau ratusan, juga bukan dalam hitungan puluhan ribu atau ratusan ribu, tapi berjuta-juta manusia dari seluruh belahan dunia. Hitam, putih, tinggi,pendek, gemuk, kurus, tua, muda, lelaki dan perempuan, termasuk juga yang kaya dan papah.

Selalu ada transaksi di kota ini. Antara manusia dengan manusia, membeli barang atau menjual jasa. Dini hari atau tengah malam, sore hari atau di awal pagi. Siang dan malam seolah sudah bukan lagi penanda waktu untuk menentukan kegiatan. Tapi yang paling menakjubkan adalah, proses transaksi antara makhluk dengan Tuhan. Di tanah ini, seluruh manusia yang hadir sedang melakukan transaksi, menjual dirinya, menghambakan dirinya demi sebuah tebusan besar, ridha Tuhan yang Maha.

Siang atau malam, pagi dan juga petang, panas terik yang menghunjam, atau dingin dan hujan, tak pernah memberi perbedaan. Selalu ada manusia-manusia yang melakukan ibadah. Memuji dan memuja. Menangis dan merintih dengan nada taubat, meneteskan airmata atau memancarkan tatapan haru penuh bahagia.

Itu yang ingin saya ceritakan. Bukan tentang kota-kota yang dipenuhi manusia yang haus hiburan, atau jiwa-jiwa yang tak kenal lelah mengejar sesuatu yang akan kian membuatnya dahaga: dunia!

Saya melihat, orang-orang yang berjalan Thawaf mengitari Ka'bah, bermacam rupa mereka. Ada yang berjalan dengan cepat dan gagah, peluhnya membasahi bahu, bahkan sekujur tubuh. Langkahnya ringan, kuat, membaca kalimat-kalimat doa dengan pasti. Tapi ada juga yang bertubuh besar sekali, langkahnya berat, napasnya lebih berat lagi.

Sekujur tubuhnya mengucurkan peluh, tapi matanya memancarkan semangat untuk menuntaskan satu lagi putaran thawaf yang diperintahkan Rabbul Izzati. Sangat berat langkahnya. Seolah satu angkatan kaki adalah siksaan yang sempurna. Namun demikian, satu per satu langkah diselesaikannya juga.

Ada yang cantik atau tampan, memakai kacamata hitam atau berpayung terang. Baju ihram mereka putih, bersih, bagus dan mungkin mahal. Tapi ada juga yang benar-benar bertolak belakang. Tubuhnya kurus, rambutnya kusam, tulang punggungnya pun tak tegak, pakaian ihramnya selembar kain putih yang nyaris telah berubah warna.

Sungguh mengagumkan, keduanya melakukan perintah yang sama, berdoa dan mengagungkan nama Tuhannya. Mereka datang tidak digerakkan oleh materi, apalagi bendahara duniawi. Sungguh ajaib, mereka datang tidak untuk bersenang-senang, mereka datang untuk bersusah-susah dengan dana yang dikeluarkan sendiri, dan itu sama sekali tidak terhitung ringan.

Subhanallah, apa yang membuat berjuta-juta manusia ini datang kemari? Jika bukan karena seruan iman, jika tidak karena cinta pada yang Maha Tinggi, rasanya tak mungkin, hati, kaki dan tangan berjuta-juta manusia ini bergerak kemari.

Pantas saja Ibrahim pernah ragu ketika diperintah untuk menyeru. Dengan apa aku menyeru manusia, demikian tanyanya. Sesungguhnya bukan Ibrahim yang menyeru, tapi Tuhan yang telah menggerakkan hati dan menanamkan cinta dalam diri manusia pada tanah yang Mulia ini.

Di lorong besar, yang menghubungkan Shafa dan Marwa, saya menyaksikan pemandangan yang menggetarkan hati. Seorang laki-laki, terduduk di lantai untuk mempersiapkan diri menuntaskan sai berittiba pada keluarga Ibrahim yang tak putus asa pada rahmat Ilahi. Dia, laki-laki itu, sedang mengencangkan kakinya yang sebelah kiri. Kaki palsu itu, diikatnya kuat-kuat. Diperiksanya seluruh sudut dan kunci. Mungkin dalam hati ia sambil berkata, "Hari ini kau harus kuat, mengantar aku berlari untuk Sai. Bismillahi."

Dihentak-hentakkannya kaki plastik itu di lantai. Lalu senyum gembira nampak sekali di sudut sinar matanya. Kaki palsu itu, kelak akan bersaksi, telah diikat dengan kuat untuk mengantarnya berlari mencari dan mengejar ridha Tuhan yang Maha Tinggi.

Dari tempat saya berdiri, saya mengantarkannya dengan pandangan yang telah kabur oleh genangan airmata. Dada saya seolah-olah ikut meloncat-loncat dengan kakinya. Lalu saya mengangkat tangan dan berdoa, untuk lelaki yang tak pernah saya kenal nama dan asalnya. "Allahu yardha alaik, Allahuma barik fiik, insya Allah. Berkahilah hidupnya ya Allah dan hamparkanlah ridha-Mu untuknya ya Tuhan yang Maha Mengabulkan doa."

Anda harus ke sini, menyaksikan sendiri dan saya berdoa agar Allah memberi kesempatan pada saya dan Anda untuk selalu mampu mengunjungi tanah yang suci ini.

Anda harus melihat sendiri, betapa ketika menjelang waktu berbuka tiba manusia-manusia ajaib ini berlomba untuk saling memberi. Yang mampu akan memberikan bermacam makanan, tentu yang paling populer adalah Kurma yang penuh berkah. Ada yang membagikan Laban untuk berbuka, roti gandum yang jumlahnya tak terhingga, Gohwa dan Say Ahmar atau the merah yang beraroma mint pembangkit selera.

Bagi yang kurang mampu, agama ini tak pernah kekurangan ruang untuk memberi ruang kepada mereka dalam berbuat kebaikan. Ada yang membeli tissu pengusap peluh yang dibagikan kepada mereka yang mau. Bahkan ada yang hanya menampung air Zam-Zam, mengambil gelas-gelas putih lalu membagikan kepada mereka yang Sai dan tak sempat mengantri. Ada lagi yang lebih menakjubkan, yakni orang-orang yang mengumpulkan kurma pemberian, lalu dibagikan kembali pada orang-orang yang belum mendapatkan.

Duhai, manusia apakah mereka ini? Apa yang menggerakn hatinya? Siapa yang membuat mereka sedemikian rupa? Mereka adalah kaum Muslimin. Dan mereka digerakkan oleh iman. Tentu saja yang menggerakan adalah Dzat yang memiliki nama ar Rahman.

Terkagum-kagum saya, terpana betul di Baitul Haram. Perbedaan-perbedaan kecil ditinggalkan, semua memfokuskan diri dan berporos pada ridha Allah yang Maha Tinggi. Akhlak mengutama saudara menghiasi seluruh perilaku mereka. Mereka bergerak sendiri, tidak diorganisasi oleh negara, apalagi pemerintah tempat kekuasaan hanya mengantarkan pada perpecahan.

Terakhir, saya ingin menceritakan bagian yang paling favorit. Air Zam Zam, satu dari sekian rahmat Allah yang Maha Tinggi. Selepas Thawaf, mereka yang mengelilingi Ka'bah di siang hari mengguyur kepala dan tubuhnya sampai basah. Mereka yang bersa'i, juga mengguyur tubuh mereka di sepanjang jarak antara shafa dan marwa yang penuh berkah.

Ada yang membasahi kain ihramnya, ada yang menyiram jilbabnya, ada yang meletakkan gelas di atas kepala dan dikucur sedikit demi sedikit sambil menuju Shafa atau Marwa. Yang model satu ini, sering membuat lantai basah. Dan petugas bersih-bersih hanya bisa menggelengkan kepala. Berjuta ragam perilaku manusia.

Ada yang mengusapkan air zam zam di kakinya, agar kuat dan sehat. Ada yang menggusap kepalanya dengan doa pintar dan cerdas. Ada yang membasahi dadanya dan berdoa untuk lapang dan ikhlas. Air ini, kata Rasulullah tergantung yang meminumnya. Dan air ini sudah menyentuh hampir seluruh penjuru dunia.

Bayangkan, dari Mekkah mereka dibawa negeri masing-masing tempat asalnya. Benghazi, Tripoli, Timbuktu sampai Tunisia. Kazakhstan, Dagestan,sampai wilayah Eropa Timur lainnya. Indonesia mungkin adalah negeri yang banyak membawa pulang air Zam Zam yang diberkati.

Sesampai di Indonesia, air ini menyebar lagi sampai ke pelosok yang paling jauh yang pernah terbayangkan oleh kita. Dari Aceh hingga Papua, dari Mianggas sampai pulau terluar yang dimiliki negeri kita. Dan air ini, insya Allah tidak akan ada habisnya. Duhai manusia, nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan? Mari bersegera menuju Allah yang senantiasa bergembira melihat hamba-Nya yang bertaubat dan merindukan rumah-Nya. Saya berdoa untuk Anda semua semoga Allah membuat mampu kita pergi ke Baitullah. Dan Insya Allah, Dia yang Maha Rahman akan membuat kita memiliki kemampuan. Karena Dia senang melihat hamba-hamba-Nya yang merindukan perjumpaan.

Pertanyaannya sekarang, sebesar apa kemauan kita, sehingga Allah menganugerahi kemampuan? Selamat meluruskan niat dan memperbesar keinginan. Allahu Akbar!

Sep 16, 2010

Siapa Bani Israil ?

BismiLLAH

~Nabi Yakub adalah keturunan Nabi Ishaq Alaihissalam, anak Nabi Ibrahim Alaihissalam. Sejarah ini bermula ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam melakukan perjalanan dari Iraq ke Syams~

AlhamduliLLAH, Segala puji hanyalah milik ALLAH Azzawajall. Yang telah meninggikan langit dan menyempurnakan segala ciptaanNYA. Menentukan ukuran dan menetapkan ketentuan atasnya. Semua tunduk dan patuh pada ketentuan ALLAH Azzawajall. Shalawat serta salam selalu atas Nabi yang mulia, Muhammad RasuluLLAH SAW. Semoga ALLAH memberkahi keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga hari kiamat. Aamiin.

Insya ALLAH saya akan melanjutkan pembahasan dari postingan blog sebelumnya yang berjudul “Zaman Tipu Daya yang Mempesona”. Pada pembahasan kali ini, insyaALLAH akan kita batasi pada pertanyaan Siapa Bani Israil? Siapa Yahudi? Dan Siapa Zionis?

Siapa Bani Israil ?

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu dan Aku telah melabihkan kamu atas segala umat. (Al-Baqara: 122)

Bani Israel adalah sebutan bagi anak cucu Nabi Yakub Alaihissalam. Nama lain nabi Yakub adalah Israel seperti yang telah disebutkan dalam Al Quran.

Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar". (Aali Imraan: 93)

Nabi Yakub adalah keturunan Nabi Ishaq Alaihissalam, anak Nabi Ibrahim Alaihissalam. Sejarah ini bermula ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam melakukan perjalanan dari Iraq ke Syams (sekarang sudah menjadi Syria, Lebanon, Palestina, Jordan, dan sebagian dari Iraq dan Saudi Arabia). Di negeri Syams inilah dimana Nabi Ishaq dan Nabi Yakub lahir.

Di negeri Syams, dua istri nabi Yakub Alaihissalam melahirkan 12 orang anak. Kita mengetahui selang beberapa waktu kemudian mereka semua bermigrasi ke Mesir, dikarenakan Syams pada saat itu sedang dilanda kekeringan dalam jangka waktu yang cukup lama. Migrasi ini juga dikarenakan atas undangan anak Nabi Yakub yaitu Nabi Yusuf Alaihissalam.

Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: "Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman". (Yusuf: 99)

Setelah migrasi ini, bani Israil menetap di Mesir. Riwayat menyebutkan mereka tinggal di Mesir dalam kurun waktu sekitar 200 tahun. Disini mereka mendapat siksaan dan penindasan dari pemerintahan firaun pada waktu itu.

Pada rentang waktu 200 tahun itu, ALLAH Azzawajall mengutus Nabi Musa Alaihissalam untuk memberi peringatan kepada firaun agar berhenti membuat kerusakan dan menghambakan diri kepada ALLAH Azzawajall. Namun firaun menolak dan mengumpulkan bala tentaranya, baik para penyihir untuk melawan Nabi Musa. Nabi Musa Alaihissalam kemudian membawa Bani Israil untuk meninggalkan Mesir dan menuju Tanah Suci. Namun bani Israil menolak untuk berperang bersama Musa untuk melawan kaum pagan di Tanah Suci.

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi nabi diantaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain".

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.

Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya".

Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".

Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja".

Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu".

Allah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu". (Al Maidah: 20-26)

InsyaALLAH, saya cukupkan sampai disini. Jika ada yang ingin menambahkan, saya sangat apresiatif. Postingan berikutnya insyaALLAH saya akan melanjutkan kisah Bani Israil dan zaman keemasan bersama pemerintahan Nabi Daud Alaihissalam dan anaknya Nabi Sulaiman Alaihissalam.

WaALLAHua'lambshawwab

Sebuah Doa di Bulan Syawwal

Allahuma Rabbil Arsyil Adhim, Ramadhan yang mulia telah pergi, ampuni kami atas segala ibadah yang kurang sempurna. Di bulan Syawwal ini semoga apa yang kami pelajari dari Ramadhan, mampu meningkatkan iman dan takwa.

Allahuma Arhamarrahimin, duhai Dzat yang Mahamengetahui, ada banyak doa yang belum sempat kami bisikan, tapi sungguh Engkau Maha Tahu segala apa yang kami harapkan.

Allahuma Anta Khairul Raziqin, karuniakan lah kepada kami rezeki ilmu dan pemahaman, kesadaran dan kedewasaan, iman dan keselamatan, sungguh hanya Engkau yang Maha Menentukan.

Allahuma Anta Malik al Quddus, hanya Engkau yang menguasai, angkatlah seluruh penderitaan kaum Muslimin ini, genapi kekurangannya, tutupi aib dan auratnya, kuatkan kelemahannya, dan menangkan atas orang-orang yang dzalim.

~Hanya kepada-Mu kami bersandar, meletakkan harapan dan mengangkat tangan mengajukan permintaan. Jangan biarkan hati, akal, dan perasaan kami tertawan oleh yang selain-Mu.~

Allahuma Anta Hayyul Qayyum, duhai Dzat yang abadi dan tak pernah tidur, tempat kami mengadukan segala luka dan perih, tempat kami memanjatkan segala duka hati, tempat kami bersandar dari rasa pedih, menangkan kaum Muslimin atas kedzaliman yang menindasnya, tolonglah para Mujahidin atas perjuangannya, tinggikan derajat mereka, dan selamatkan mereka dari ujub dan riya, sombong dan durhaka, karena sungguh itu semua yang membuat amal mereka binasa.

Allahuma Anta Salam, duhai Dzat yang melindungi dan menyelamatkan. Salimna syababal minal Muslimin, selamatkan pemuda dan pemudi Islam, jadi mereka golongan yang meninggikan kalimat-Mu. Salimna nisaul minal Muslimin, lindungi para perempuan kami, dari fitnah yang keji dan dari perilaku menipu diri.

Allahuma ya Allah, Dzat yang tak berawal dan tak pula memiliki akhir. Dzat yang mengatur angin dan menggerakkan alam. Dzat yang menurunkan malam dan mengangkat fajar. Jadikanlah seluruh gerak semesta ini setiap hari semakin menambah iman kami. Jangan jadikan gerak angin, laju awan, turunnya hujan justru menambah kelalaian dan menjadi azab bagi kami yang lemah dan sering lupa diri.

Ya Wahab, Ya Ghaffar, duhai Dzat yang ampunannya seluas langit dan seberat bumi, duhai Dzat yang menyambut orang-orang yang bertaubat, duhai Dzat yang mencintai manusia-manusia yang berserah diri. Hanya kepada-Mu kami bersandar, meletakkan harapan dan mengangkat tangan mengajukan permintaan. Jangan biarkan hati, akal, dan perasaan kami tertawan oleh yang selain-Mu. Jangan biarkan kami bersandar pada selain-Mu. Jangan biarkan hati kami takut pada selain-Mu. Jangan biarkan akal kami tunduk pada selain-Mu. Jadikan kepala kami tegak karena kebenaran, keadilan, dan nama-Mu. Izinkanlah ya Allah.

Ya Allah yang mengabulkan segala doa, kabulkanlah dan tolonglah kami semua, amin. Dan, pertemukan kami dengan Ramadhan di tahun depan. 

Sep 12, 2010

Eid Mubarak 1431 H



Ada berjuta keindahan ketika kita mampu memaafkan.

Maaf yang tulus karena mengharap RidhaNYA.


Di hari yang begitu indah,

hari yang ALLAH Azzawajall khususkan untuk mereka

hambaNYA yang beramal penuh ketaqwaan


Maka hari ini, wajah-wajah berseri

penuh syukur atas kemenangan karuniaNYA

menempuh keberkahan Ramadhan yang telah berlalu

menyisakan rindu...


Taqabal ALLAH minna wa minkum

Semoga ALLAH menerima amalmu dan kita semua

Keberkahan Ied terlimpah atas dirimu dan kita semua


~Aditia A. Pratama dan Keluarga~

Sep 11, 2010

Benar-benar Menang atau hanya 'Klaim' Kemenangan

BismiLLAH

Dua hari telah berlalu semenjak fajar syawal tiba. Hingga detik ini kita terus merasakan curahan nikmat karunia ALLAH Azzawajall yang tak terhingga. SubhanaLLAH, semoga ALLAH menerima amal kami dan kita semua.

Beranjak ke fenomena 1 syawal, dimana semua orang yang selesai melaksanakan ibadah shoum di bulan Ramadhan sibuk melakukan silaturahiim. Sebelumnya saya ingin sedikit membahas tentang hikmah Shoum di bulan Ramadhan. Kita lihat sendiri di awal ramadhan, kita menyaksikan bahwa shaf-shaf masjid penuh. Semua berlomba-lomba untuk menuju masjid dan shalat berjamaah. Semua menunaikan perintah shalat berjamaah dengan sangat total.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, ada banyak hikmah yang ALLAH Azzawajall berikan kepada hambaNYA di bulan ini. Semua ketaatan yang dilakukan di bulan ini adalah indikator kebaikan seorang muslim yang harus tetap dijalankan selama 11 bulan berikutnya. Jika di bulan ramadhan tahun ini target kita adalah tidak pernah meninggalkan shalat rawatib 12 rakaat. Maka target ini harus terus berjalan setelah Ramadhan berakhir, terus konsisten tanpa batas waktu yang ditentukan.

Ketaatan kepada ALLAH Azzawajall tidak hanya dilakukan selama ramadhan saja, melainkan terus menerus sepanjang tahun. Ramadhan berikutnya seharusnya sudah memiliki target peningkatan kebaikan dari kebaikan sebelumnya. Lucunya banyak muslim yang beranggapan bahwa taat, ya hanya pada waktu Ramadhan saja. Ini adalah apa yang saya lihat hari ini.

“oops...Untung ramadhan udah selesai” kata seseorang yang baru saja menucapkan kata-kata tidak baik dari mulutnya. Saya yang mendengar hal tersebut merasa sangat sedih. Seperti itukah pemahaman kita terhadap ramadhan? Apakah kita mereduksi ketaatan kita sebagai seorang hamba hanya untuk di bulan ramadhan saja? Bukankah ALLAH Azzawajall memerintahkan kita untuk beribadah kepadaNYA sepanjang waktu?

Kembali ke hari ini, saat saya menyaksikan masjid yang pada saat ramadhan penuh hingga 4 shaff pada shalat isya, kini hanya tingga tinggal kurang dari 1 shaff. Semua orang masih sibuk dengan agenda silaturahiimnya. Saya tidak mengatakan bahwa silaturahiim pada saat Ied itu salah. Namun, tolong mengertilah, bahwa kita adalah ummat yang diperintahkan untuk seimbang. Tidak timpang di salah satu sisinya saja.

Kita boleh bersilaturahiim, namun tidak mengesampingkan ibadah shalat kita. Kadang adapula tamu-tamu yang berkunjung ketika waktu shalat tiba, dan tentu ini menyebabkan orang yang dikunjungi harus tertahan dan tak dapat melaksanakan shalat tepat waktu. Ada etika disini, dan kita sudah mengetahui bahwa waktu-waktu shalat yang harus dipenuhi seruannya. Bukan hanya untuk orang tua yang sudah menginjak usia senja, melainkan untuk semua kalangan usia. Panggilan shalat tepat waktu adalah perintah yang harus kita tunaikan.

Dan kini kita kembali ke makna 'kemenangan' yang sering menghiasi pesan singkat kita ketika Ied tiba. Apakah makna kemenangan disini? Apa yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang menang? Ramadhan ibarat lomba marathon, mereka yang memiliki resistensi atau ketahanan untuk terus konsisten dengan amalnya hingga akhir akan mendapat reward yang luar biasa dari ALLAH Azzawajall. 

Sekarang kita tentu melihat realita, menyaksikannya bahwa banyak yang kembali ke perilaku lama setelah Ied tiba. Lantas apakah gelar orang-orang yang menang itu pantas kita raih? Atau itu hanya klaim sepihak yang kita lakukan untuk ikut-ikutan menang bersama mereka yang benar-benar berjihad? Sudah saatnya bagi kita untuk bermuhasabbah.

WaALLAHua'lambishawwab

Sep 6, 2010

Zaman Tipu Daya yang Mempesona

BismiLLAH

Menyelingi malam-malam dengan mulai banyak membaca, mulai dari ratusan artikel yang ada di hardisk laptop, hingga spesifik judul bacaan di rak buku. Banyak yang menarik, dan ingin rasanya bisa menulis seperti penulis-penulis besar tersebut. Sudah saatnya bagi saya untuk bisa berbagi banyak tentang hal ini. Tentang kisah antara kebaikan dan kejahatan. Tentang tipu daya yang sering kita anggap sebagai realitas. Tak ayal bahwa muslihat tetaplah muslihat, dan kepalsuan tak akan mampu menandingi kebenaran yang sejati, kebenaran mutlak dari Sang Pemilik Semesta.

Pertempuran antara dua kubu yang bersitegang (Haq dan Bathil) tersebut telah memainkan perananya sendiri dalam kisah yang begitu rumit. Kisah yang biasa bagi manusia yang 'tidak memiliki kemauan' untuk berpikir ulang tentang maksud dari banyak peristiwa yang terjadi. Dalam banyak adegan yang silih berganti mengisi layar kehidupan kita, kita akan terpesona dengan keindahan luar tanpa melihat esensi dalam. Inilah dunia, dan kita sedang berada di era gelap menuju detik terakhir akhir zaman. Zaman tipu daya yang mempesona.

InsyaALLAH postingan berikutnya akan membahas tentang Bani Israil, Yahudi dan Zionis. Semoga ALLAH Azzawajall memudahkan. aamiin

Aug 26, 2010

Ketakutan Semu

Bismillah

“(yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat.” QS. Al Anbiya:49

Ingin saya berbagi tentang apa yang saya rasakan ketika saya melintasi ayat ini. Tak kuasa melanjutkan, karena saya ingin mengerti betul hakikat ketaqwaan yang ALLAH Azzawajall berikan melalui firmanNYA tersebut. Pelan-pelan angan saya beranjak untuk mentadabburi maksud ayat tersebut, dan sungguh ilmu itu hanya milik ALLAH Azzawajall, kita tak memilikinya kecuali teramat sedikit dan itupun atas izinNYA.

Jika saya kembali pada realita hari ini, ketika banyak kemungkaran terjadi. Maka dimana rasa takut itu? Dimana sebenarnya esensi rasa takut manusia hari ini bermuara? Apakah ia telah hilang karena ia merasa cukup dengan banyaknya kekayaannya yang katanya ia kumpulkan dengan jerih payahnya? Atau takut itu hanya untuk anak kecil yang dengan mudahnya dibohongi tentang kebohongan-kebohongan bodoh yang disuapi mentah-mentah oleh orang-orang dewasa yang sok pintar.

Setiap kita tentu memiliki apa yang dinamakan 'Ketakutan'. Namun banyak ketakutan kita itu bukan pada hal yang pantas untuk di takuti. Adakalanya takut itu muncul dalam rupa ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kadang takut dipecat dari pekerjaan, atau takut tidak memiliki teman yang ikut mendukung kita, atau takut untuk menjadi miskin, takut terkena musibah, dan yang paling parah dan merupakan penyakit paling mengerikan bagi seorang muslim adalah ketakutan akan Al Maut atau kematian.

Jika telah ada ketakutan akan kematian, maka bisa dipastikan kecintaan kita terhadap dunia ini sudah berlebihan. Bukankah kita harus meyakini bahwa akan ada kehidupan lain yang jauh lebih abadi dari kehidupan dunia yang fana ini. Semua yang kita lakukan di muka bumi ini kelak akan dimintai pertanggungjawaban olehNYA. Inilah seharusnya yang kita takuti.

Kita tak takut jika berdusta, namun merasa takut jika usaha dagang merugi. Kita tak takut korupsi, namun merasa takut jika jatuh miskin. Kita tak takut bermalas-malas ketika bekerja, namun merasa takut jika diawasi atasan. Kita tak takut merusak alam, namun merasa takut ketika bencana datang. Lalu yang menjadi pertanyaan, sudah benarkah kita meletakan ketakutan kita tersebut?

Bukankah seharusnya kita takut kepadaNYA? Kita takut jika ALLAH mendapati kita dalam maksiat, kita takut jika tugas kita sebagai khalifah di muka bumi tak terlaksana dengan baik. Kita takut jika generasi setelah kita tak mampu memberikan manfaat sebagai hambaNYA. Inilah ketakutan yang harus kita bina, yang harus kita arahkan agar takut itu menjadi pengingat, agar takut itu yang menegur kita ketika kita lalai dariNYA.

Mari kita kembali ke masa ketika Umar Al Khattab menyusuri perbukitan dan mendapai seorang anak yang menggembalakan domba majikannya. Umar ra kemudian berkata kepada anak tersebut “wahai nak, jualah satu dombamu kepadaku?”. Sang anak tadi menjawab “sungguh domba ini bukan milikku tuan, ini milik majikanku dan tugasku hanya menggembalakannya.” Umar ra kemudian kembali bertanya “jumlah dombamu teramat banyak, saya yakin majikanmu tak akan tahu jika kau menjualnya satu kepadaku”. Sang anak tertegun sejenak kemudian berucap “kalau seperti itu, lantas dimanakah ALLAH?”. Umar ra menangis mendengar ucapan anak tersebut, dalam hatinya dia mengucap syukur kepada ALLAH bahwa ada generasi yang memiliki ketakutan kepada ALLAH Azzawajall yang akan mewarisi Dienul Islam ini.

Maka takutlah hanya kepadaNYA. Ini nasihat untuk diri saya yang terkadang masih memberikan rasa takut kepada sesuatu yang seharusnya tak pantas untuk ditakuti. Bukankah ALLAH selalu dekat dengan hambaNYA? Jauh lebih dekat dari urat leher kita sendiri. Maka takutlah akan hari dimana setiap usaha akan dipertanyakan, setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Pemilik Semesta Alam. Semoga ALLAH mengkarunia kami, hati yang selalu merasa takut kepadaNYA dan jiwa yang selalu terjaga dijalanNYA. Aaamiin Yaa Rabbal 'Alamiin.

WaALLAHua'lambishawwab

Aug 20, 2010

I'm Home !!!

BismiLLAH


Mungkin banyak yang menyangka, menduga, menebak, atau apapun itu, bahwa saya telah meninggalkan dunia tulis menulis. Namun akan saya bantah disini, karena saya hanya beristirahat sejenak untuk menarik nafas, memandang tinggi langit, kemudian melihat jalan menanjak didepan, dan setelah itu insyaALLAH akan kembali melangkah jika kesempatan masih terbentang untuk saya.

Ada kalanya kita butuh berhenti sejenak, namun bukan untuk berbalik langkah, memutar atau lari dari masalah. Bagi saya berhenti itu merupakan strategi untuk berpikir. Berhenti sejenak, untuk melihat kebelakang mengambil kesimpulan dan mencoba untuk melangkah lagi.

Dalam perhentian itu ada banyak kisah. Ada perasaan yang kadang sulit untuk mengungkapkan rasanya. Ada solusi yang terhenti karena keraguan akan kapabilitas diri. Ada rencana yang tak tertulis hingga ia hilang tak terdeteksi dalam sibuknya lalu lintas data di otak kita.

Dan selanjutnya, yang akan saya lakukan adalah kembali menulis di blog perjalanan ini. Perjalanan panjang yang akan terus diiringi dengan berbagai kisah. Saya sudah siap insyaALLAH untuk menulis semuanya, merangkai setiap kisah menjadikannya sebuah memory yang kusimpan secara online. Sehingga kalian yang membaca blog ini bisa ikut merasakan perjalanan panjang yang begitu menyenangkan ini.

Begitu lama rasanya telah kutinggalkan catatan perjalanan ini. Ada rindu untuk membaca setiap kisahnya. Mungkin bagi banyak orang ini tak ada arti, namun bagiku ini adalah kisah perjalanan yang mencatat perubahan-perubahan diriku yang terus bermetamorfosa untuk meraih kebaikan. Kisah yang ALLAH anugerahkan untuk hambaNYA.

Semoga ALLAH Azzawajall menganugerahkan keistiqamahan kepada hati ini untuk terus menulis. Aamiin

Aug 5, 2010

Belajar dalam Madrasah Ramadhan

Allama Muhammad Iqbal pernah berkisah tentang dirinya, ayahnya dan al-Qur’an. “Saya biasa membaca al-Qur’an selepas shalat subuh. Dan ayah, selalu mengawasi,” tuturnya.

Tidak saja mengawasi, sang ayah juga bertanya. “Apa yang kamu lakukan?” tanya sang ayah. Padahal jelas-jelas sang ayah melihat anaknya sedang mengaji.

“Aku menjawabnya, sedang membaca al-Qur’an,” kenang Muhammad Iqbal. Pertanyaan itu diulang-ulang oleh sang ayah setiap pagi, selepas subuh, selama tiga tahun penuh. Jawaban yang diberikan juga sama, setiap pagi, selepas subuh, setahun penuh, Muhammad Iqbal menjawab sedang mengaji al-Qur’an.

Lalu, suatu hari Muhammad Iqbal memberanikan diri bertanya kepada sang ayah. “Mengapa ayah selalu menanyakan pertanyaan yang sama, padahal jawaban saya juga selalu sama?”

“Nak, bacalah al-Qur’an itu seolah-olah diturunkan langsung kepadamu.” Dan sejak saat itu, Muhammad Iqbal mengetahui apa pesan di balik pertanyaan ayahnya. Sejak saat itu pula, Muhammad Iqbal senantiasa membangun atmosfir di dalam dirinya, seolah-olah al-Qur’an itu turun langsung untuknya.

Muhammad Iqbal tidak saja membaca, tapi juga mencoba mengerti. Tidak saja mampu mengerti, tapi juga memahami. Tidak sebatas memahami, tapi juga mengejawantah. Tidak saja mengejawantah, tapi juga mencoba untuk menyampaikan kembali isi al-Qur’an seperti yang dipahaminya.

Maka hari ini kita mengenang nama Muhammad Iqbal sebagai salah satu tokoh besar dalam dunia Islam. Bahkan beberapa kalangan menyebutnya sebagai salah satu mujaddid atau pembaharu dalam sejarah Islam. Muhammad Iqbal pantas dan layak menjadi besar, sebab yang ia baca, mengerti, pahami, serta ejawantah dan yang ia sampaikan adalah hal yang sangat besar: al-Qur’an.

Dan lebih dari segalanya, ia mampu membangun sesuatu yang sangat besar: perasaan bahwa al-Qur’an diturunkan langsung untuk dirinya.

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur,” (QS al-Baqarah: 185).

Hari ini, kurang lebih ada 1,6 milyar manusia yang berikrar sebagai seorang Muslim. Mereka tersebar di seluruh penjuru dunia. Di Barat dan di Timur. Masing-masing berjibaku dengan hidupnya. Masing-masing sibuk dengan segala agenda. Mencoba memecahkan segala masalah dalam berbagai peristiwa. Bertarung dengan pilihan-pilihan yang tidak ringan dalam kehidupan. Sampai-sampai akhirnya mereka lupa, bahwa sesungguhnya Sang Pencipta Manusia telah membekali kitab panduan tempat segala masalah menemukan jawaban, tempat segala musykilah menemukan rujukan. Al-Qur’an.

Dengan terang Allah SWT menyebutkan, Dia tidak menghendaki kesukaran untuk kita. Dia menghendaki kemudahan untuk manusia.

Hari ini, berapa banyak orang yang mampu membangun atmosfer seperti yang telah mampu dibangun oleh Muhammad Iqbal. Di belahan Asia Tenggara ini sama, kaum Muslimin berjumlah tak kurang dari 400 juta manusia. Dan hampir setengah dari jumlah di atas, lahir, hidup dan tinggal di Indonesia. Negeri dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.

Mari kita ulang pertanyaannya. Berapa banyak dari jumlah Muslimin di Indonesia yang memiliki perasaan yang sama dengan Muhammad Iqbal? Atau kita perlu mengerucutkan sasaran pertanyaan. Berapa banyak pemimpin-pemimpin umat Islam yang mampu menghadirkan perasaan, bahwa al-Qur’an ini diturunkan untuk dirinya, bukan untuk orang lain, bukan untuk jamaah lain, bukan untuk kaum yang lain? Berapa banyak!?

Bulan ini adalah bulan penuh berkah. Bulan diturunkannya al-Qur’an yang mulia, petunjuk bagi manusia. Jika hari ini kaum Muslimin mampu menghadirkan rasa di atas di dalam jiwa, insya Allah, 50 persen dari masalah sudah teratasi dengan sendirinya. Baik masalah internal ataupun eksternal.

Dan jika kita sudah mampu melakukannya, insya Allah kita juga berani dengan gagah akan berkata, “Takun daulatal islamiyah fii qalbika takun fi ardhika.” Tegakkan dulu Islam di hatimu, maka dia akan tegak sendirinya di muka dunia. Amin.

Aug 2, 2010

Berdoalah, Memintalah, Ramadhan Segera Tiba!

Bulan ini, sekecil apapun ibadah berlipat ganda balasannya. Tapi karena kita sudah terlalu sering mendengar, seolah kita menjadi imun dan kebal. Jangan jadikan, Ramadhan sia-sia!

Sahabat
Seorang ulama Palestina pernah singgah dan silaturahim di kantor kami. Setelah berbincang panjang, saya kemudian mengutarakan sebuah hajat, “Berikanlah nasihat kepada kami.”

Sang ulama dengan wajahnya yang teduh, kemudian berkata dengan sangat sederhana. “Apalagi yang bisa saya nasihatkan? Tidakkah cukup nasihat al Quran untuk kita?”

Begitulah dialog kecil antara saya dengan Syekh Abu Bakr Al-'Awawidah. Sungguh, nasihat yang mendasar dan sangat substansial. Andai saja kaum Muslimin membaca dengan cermat, semua nasihat ada di dalam kitab. Begitu juga dengan Ramadhan, salah satu ayat yang sangat popular dibacakan adalah seruan untuk menunaikan shiam.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS al Baqarah: 183-185)

Ayat ini adalah nasihat langit, dan bagi siapa saja yang mengamalkannya, keberuntungan akan berpihak dan derajat mulia akan menjadi ganjaran. Dalam kitabnya Fadha’ilul Auqat, Imam Albaihaqi mengisahkan tentang turunnya ayat ke-185 dari surat al Baqarah. Beliau mengutip perkataan Ibnu Abi Laili yang berkata, “Sahabat-sahabat kami menuturkan bahwa sesampainya di Madinah, Rasulullah saw memerintahkan kaum Muslimin untuk berpuasa selama tiga hari. Setelah itu turunlah perintah puasa Ramadhan. Padahal (waktu itu) penduduk Madinah belum terbiasa berpuasa, sehingga puasa pun menjadi berat bagi mereka. Akhirnya setiap orang yang tidak kuat berpuasa memberi makan seorang miskin. Maka turunlah ayat, “Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS al Baqarah: 185)

Semua itu demi kemuliaan yang sangat rugi jika kita tinggalkan. Semua waktu adalah mulia di bulan ini. Karena sejak malam pertama di bulan mulia, berbagai keistimewaan telah diberikan Allah pada hamba yang mencari ridha-Nya. Abu Hurairah meriwayatkannya dari Rasulullah yang bersabda, “Apabila memasuki malam pertama bulan Ramadhan, syetan-syetan dan jin-jin akan dibelenggu, semua pintu neraka dikunci dan tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Sementara semua pintu surga dibuka dan tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Lalu sebuah seruan akan menyeru seperti ini, “Wahai orang-orang yang ingin berbuat baik, bersegeralah! Wahai orang-orang yang ingin berbuat buruk, batalkanlah! Dan sesungguhnya pada malam ini Allah membebaskan banyak orang dari api neraka.” (HR Tirmidzi & Ibnu Majah)

Sejak malam pertama, setiap hari adalah istimewa di bulan mulia. Wahai orang-orang yang ingin berbuat baik, segeralah! Surga sedang menanti dengan pintu yang terbuka.

Barangkali kita sudah terlalu sering mendengar, tentang syetan-syetan yang dibelenggu, pintu neraka yang tertutup rapat dan pintu surga yang dibuka luas. Dan mungkin, karena terlalu sering mendengar, kita menjadi imun dan kebal pada pengertian yang sesungguhnya dari hadits dan kabar istimewa yang diberikan oleh Rasulullah kepada kita. Mungkin, yang perlu kita lakukan adalah duduk sejenak, dengan hati yang sangat tenang, dengan pikiran yang tidak gusar, membaca pelan-pelan dan berdoa kepada Allah agar dibukakan hikmah atas semua hal yang sudah terlalu sering kita dengar. Jika tak turut serta, kita akan tertinggal kereta yang penuh dengan orang-orang yang akan pergi menuju ridha Allah dan berharap bertemu dengan Rasulullah.

Rasulullah saw memberikan kabar gembira, bahwa umatnya akan diberi lima perkara yang belum pernah diberikan oleh Allah pada umat-umat sebelumnya. Pertama, bau tak sedap dari mulut orang-orang yang berpuasa di sisi Allah akan tercium seperti minyak kasturi. Duhai, pertama istimewanya. Kedua, para malaikat akan berdoa meminta ampun atas umat ini sampai tiba waktu berbuka. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa nafsu dan dosa, makhluk yang sangat dekat dan hanya beribadah kepada Allah sedang mendoakan kita, siapa yang tak menginginkannya? Ketiga, setiap hari Allah menghiasa surga dan berkata pada surga, “Hamba-hambaku yang berpuasa akan meninggalkan beban derita dan akan mendatangimu.” Bayangkan, betapa mulianya, sampai-sampai ganjaran yang akan diberikan adalah surga yang dihias Allah sendiri. Keempat, syetan-syetan dibelenggu sehingga mereka tidak akan leluasa berbuat jahat. Mahasuci Allah yang telah memberikan demikian besar perlindungan pada hamba-hamba yang menghendakinya. Kelima, pada malam terakhir Ramadhan, orang yang berpuasa akan diampuni dosanya. Sungguh, jika ada yang tidak berlomba dengan segala keistimewaan ini, entah hatinya terbuat dari apa.

Bersegaralah, bersegaralah! Semua melimpah. Semuanya penuh berkah.

Orang yang memberi makan dan minum kepada mereka yang berpuasa, kata Rasulullah, “Kelak Allah akan memberinya minum dari telagaku.” Duhai, telaga Kautsar yang dijanjikan. Allah akan memberi minum pada kita hanya dengan cara memberi makan dan minum orang-orang yang berpuasa.

Dari Abu Said al Khudri meriwayatkan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Tidak ada seorang Mukmin yang shalat pada malam harinya, melainkan Allah menuliskannya seribu lima ratus kebaikan untuk setiak sujudnya. Allah membangun untuknya rumah di surga yang terbuat dari permata merah, dengan enam puluh ribu pintu dan setiap pintunya mempunyai istana yang terbuat dari emas dan terbungkus permata merah. Apabila ia melaksanakan puas apada hari pertama Ramadhan, akan diampuni dosanya yang telah lalu sampai hari ini. Barangsiapa hidup di bulan Ramadhan, tujuh puluh ribu malaikat akan memohon ampunan untuknya setiap hari, sejak shalat Subuh sampai terbenam matahari. Setiap sujud yang ia lakukan pada bulan Ramadhan, baik siang atau pun malam akan dibalas Allah dengan sebuah pohon yang mempunyai naungan sejauh perjalanan lima ratus tahun.” (Fadha ‘Ilul Auqat, Imam Albaihaqi)

Sesungguhnya, surga senantiasa berhiasa pada bulan ini. Dan seandainya hamba-hamba tahu kemuliaan dan apa yang terjadi di bulan Ramadhan, niscaya mereka akan berharap sepanjang tahun adalah Ramadhan.

Suatu ketika, sebelum memasuki bulan Ramadhan, Rasulullah bertanya pada para sahabatnya. “Mahasuci Allah, apa yang hendak kalian jumpai? Apa pula yang hendak menjumpai kalian semua?”

Sahabat Umar bin Khattab maju untuk menjawab. “Demi ayah dan ibuku wahai Rasulullah. Yang akan kami jumlah adalah turunnya wahyu atau datangnya musuh,” ujar Umar bin Khattab ra.

“Bukan itu, melainkan Ramadhan yang pada malam pertanya Allah akan memberikan ampunan untuk umat ini,” jawab Rasulullah kepada seluruh sahabat.

Para sahabat yang mendengar, salah satu diantaranya sampai menggelengkan kepala ada yang berkata, “Bah...bah....”

Melihat hal ini, Rasulullah bertanya. “Sepertinya engkau tidak suka dengan apa yang kamu dengar?”

“Bukan. Bukan begitu, ya Rasulullah. Hanya saja aku teringat orang-orang munafiq,” jawab sahabat.

“Orang munafik adalah kafir dan orang kafir tidak akan mendapat apapun pada bulan ini,” terang Rasulullah.

Naudzubillah, semoga Allah menjauhkan kita dari perilaku yang akan menjebak kita pada ciri-cirik munafiq. Sebab, tak akan ada kemuliaan yang bisa kita dapatkan.

Perbanyaklah doa di bulan ini, karena tak satupun doa yang tak didengar dan diterima. Ibnu Mas’ud meriwayatkan, Rasulullah pernah bersabda tentang keistimewaan bulan Ramadhan. “Sesungguhnya, setiap orang yang bertaubat, akan diterima taubatnya. Setiap orang yang berdoa, akan dikabulkan doanya. Setiap orang yang meminta akan dipenuhi permintaannya. Dan apabila tiba waktu berbuka pada setiap malam bulan Ramadhan, Allah membebaskan sebanyak enam puluh ribu orang dari api neraka. Dan apabila Idul Fitri tiba, Allah membebaskan sebanyak yang telah dibebaskan selama sebulan penuh, yaitu tiga puluh hari kali enam puluh ribu orang.”

Bulan ini betapa meruah dengan berbagai anugerah. Maka sungguh masuk akal jika Malaikat Jibril pernah berkata pada Rasulullah tentang kerugian orang yang tak mendapat ampunan di bulan Ramadhan. “Jibril as baru saja berkata kepadaku, “Celakalah seorang hampa yang berpuasa pada bulan Ramadhan tetapi dosanya tidak diampuni.” Lalu aku mengamini....” (HR Ahmad & Tirmidzi)

Apa saja yang membuat kita sia-sia dan karenanya menjadi celaka? Sabda Rasulullah, “Apabila seseorang yang berpuasa tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan culas, dan kejahiliyahan, maka Allah tidak butuh pada upayanya meninggalkan makan dan minum.” (HR Bukhari, Tirmidzi, Ahmad & Ibnu Majah)

Puasa, sabda Rasulullah, adalah perisai. Dan perisai berfungsi sebagai pelindung. Tapi sabda Rasulullah lagi, puasa adalah perisai selama engkau tidak merusaknya. Maka, jangan rusak Ramadhan kita dengan perilaku yang membuat kita menjadi orang-orang yang tak terlindungi. Mahasuci Allah, semoga puasa ini melindungi kita dari fitnah dunia dan azab akhirat yang tak akan pernah mampu kita menanggungnya.

Disqus for "JANNAH" We're Coming !!!

Komentar Terbaru

Powered by Disqus

Sudah dikunjungi

Ubuntu 11.10 is coming

Let's be friend