Sep 29, 2010

Indikasi Penyakit Berbahaya

BismiLLAH

AlhamduliLLAH, bersyukur kepadaNYA atas segala karunia yang hingga saat ini masih saya rasakan. Tidak hanya saya, namun juga seluruh mahluk di semesta raya yang luasnya tak mampu dijangkau oleh kemampuan akal manusia yang terbatas. Mulai dari yang mikro hingga yang makro. Semuanya mendapatkan curahan Rahmat dan Kasih SayangNYA tanpa terkecuali. Bahkan hambaNYA yang senantiasa mendustakan dan mengabaikan perintahNYA tetap mendapatkan RahmatNYA secara adil tanpa terzalimi sedikit pun. SubhanaLLAH.

Hari ini ingin bercerita tentang ‘EGO’. Yah, hal satu ini emang paling sulit terdeteksi. Letaknya ada di dalam hati. Hingga tak jarang ia tumbuh subur merambati kebaikan yang kita lakukan. Menurut saya ego adalah sebuah sikap self-minded, artinya seseorang yang memiliki egoisme yang tinggi selalu berpikir tentang dirinya saja. Enggan berkontribusi untuk kebaikan bersama. Dan cenderung memiliki perasaan merasa lebih baik daripada orang-orang di sekitarnya.

Ini merupakan penyakit hati dan membutuhkan pengobatan serius. Bila kita melihat ada seseorang teman yang sakit karena penyakit yang tampak, luka bakar misalnya, kita bisa langsung memberikan pertolongan pertama padanya. Namun akan sangat berbeda bila seseorang terjangkit penyakit ini. Penyakit ego akan tumbuh dan merusak hati penderita. Membumihanguskan segala amal kebaikan yang pernah ia lakukan. Menjadikan segala kebaikannya sebagai bumerang.

Mengapa? karena syetan akan memperindah sesuatu amal, baik itu amal keburukan maupun amal kebaikan. Tujuannya adalah agar bibit-bibit ego tersebut terpupuk dan mulai tumbuh. Contohnya seperti ini, tentu kita pernah melakukan suatu kebaikan, entah apapun itu yang pasti adalah suatu kebaikan. Tak terpungkiri ketika kita melakukan kebaikan tersebut, ada bisikan lain yang ikut menyusup ke relung hati kita. Bisikannya sangat professional, “wah, amal kebaikanmu ini sangat langka loh...sungguh amat jarang ada seorang sepertimu”. Okay, ini adalah bisikan yang membuat kita merasa bangga atas diri kita, hingga kita lupa bersyukur atas karunia ALLAH Azzawajall atas kita, hambaNYA yang lemah dan faqir.

Kalau syetan memperindah amal keburukan sudah tak perlu saya jelaskan lagi. Karena sudah banyak yang terjadi, dan masih sering kita lakukan. Menunda shalat contohnya. Menomor duakan panggilan ALLAH Azzawajall, Pemilik Semesta Alam. Pemilik waktu siang dan Pemilik waktu malam. Kalau kita mau benar-benar berfikir, sungguh segala rezeqi yang kita terima hari ini, adalah karena izinNYA. Lantas mau sombong seperti apalagi kita ini. AstaghfiruLLAH.

Yang mampu mengobati penyakit ego ini, adalah diri kita sendiri dengan ikhtiar kita sebagai manusia dan hanya memohon pertolongan dan perlindungan kepada ALLAH Azzawajall. Banyak-banyaklah mengingat ALLAH, mengingat begitu luas bumiNYA tempat kita berpijak ini. Berfikirlah tentang silih bergantinya malam dan siang. Dan tunduk patuhlah pada keputusan ALLAH atas hambaNYA. Yaitu menghambakan diri secara total dan ikhlas kepada ALLAH, dan menolak secara baik dan tegas segala bentuk penghambaan diri kepada selainNYA.

WaLLAHua’lambishawwab

Sep 22, 2010

Kelemahan yang Harus Kita Sadari

BismiLLAH

Setapak kutinggalkan iman, ketika ku meng'iya'kan maksiat terlaksana. Itulah yang terjadi ketika diri yang lemah ini senantiasa melalaikan diri dari mengingatNYA. Merasa lebih baik dari yang lainnya padahal belum melakukan apa-apa. Begitu banyak nafilah yang ditinggalkan, namun merasa biasa tanpa ada perasaan bersalah. Padahal ini adalah bentuk dari kemunduran. Kemunduran yang sangat fatal bila dibiarkan berlanjut. Sangat fatal bagi mereka yang memohon kepadaNYA untuk ditunjukan jalan yang lurus.

Menilai seseorang memang mudah, namun menilai diri pribadi sangatlah sulit. Adakalanya kita overestimate, merasa mampu, merasa cukup, merasa memiliki segalanya sehingga lahirlah 'kibr' atau sombong dalam hatinya. Sehingga ia mengejek orang lain dengan memandang rendah, lidahnya tak berucap namun bathinnya meninggi. Tak tampak memang, namun bukankah ALLAH Maha Mengetahui isi hati?

Maka disinilah kelemahan yang harus kita sadari, bahwa kita memiliki kemampuan ini karena ALLAH Azzawajall yang mengkaruniakannya kepada kita. Bukan karena kemampuan otak kita atau karena kita memiliki harta lebih dari yang lainnya. Tak lain semua ini adalah karuniaNYA kepada kita, hambaNYA. Maka bersyukurlah, namun kita harus sadar bahwa kelak karuniaNYA akan dipertanggungjawabkan. Maka binalah sikap kehati-hatian dalam jiwamu, agar ia mengingatkanmu saat kau terlupa.

Adakalanya kita bersikap underestimate, merasa kurang, pesimis, hilang harapan, enggan berusaha. Ini merupakan sikap tercela, karena Muslim terkenal dengan mujahadahnya (kesungguhan). Namun sungguh suatu ketika akan kita jumpai sikap ini dalam diri kita. Seolah kita lupa, bahwa sungguh ALLAH Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. QS. Yasin :82

Sungguh ALLAH Azzawajall memerintahkan kita untuk berusaha, untuk berupaya, untuk bekerja, untuk beramal shaleh. Agar jangan ada rasa putus asa di jiwa kita, karena semua telah diatur olehNYA. ALLAH Azzawajall hendak menguji diantara kita semua, siapa yang mampu bekerja sebaik-baiknya. Siapa yang benar-benar menghambakan diri secara total kepadaNYA. Karena inilah tujuan kita dan jin diciptakan.

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. QS. Adz Dzriyat:56

Dari sini kita mendapati bahwa jiwa kita begitu lemah tak berdaya. Kita sangat membutuhkan ALLAH Azzawajall, kita sangat membutuhkan petunjukNYA. Kita sangat mengharapkan keridhaanNYA. Kita begitu menantikan keberkahanNYA. Kita sangat bergantung kepada KemurahanNYA. Maka bersabarlah bersama keistiqamahan yang membaja, mengakar kokoh tinggi menjulang dalam resistensi ketaqwaan.

Mari kita berangkat untuk terus memperbaiki diri, menyibukan diri dengan nafilah, dengan tilawah, dengan murajaah, dengan silaturahiim, dengan amal mujahadah. Semua kita lakukan semata-mata karena untuk menggapai ridhaNYA. Bukan untuk mendapat apresiasi dari manusia. Sungguh kelak jika kabar gembira itu sampai kepada kita, maka kelak kan kau dapati wajah ini tersenyum indah.

Sungguh kita pernah merasakan kesulitan, dan semua kesulitan itu pun hilang dengan hasil kebaikan yang kita capai atas izinNYA. Begitupun dengan kehidupan kita, kelak kita akan dibalas sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Ketika saat itu tiba, maka kelak akan hilanglah rasa penat didalam jiwa, kesempitan akan menjadi lapang. Semua akan indah jika kita bersabar pada ketentuanNYA, berharap hanya kepadaNYA, dan melakukan amal sebaik-baiknya hanya untukNYA.

WaALLAHua'lambishawwab

Akhir Ramadhan di Masjidil Haram

Saya pernah ke New York yang disebut-sebut oleh penduduk dunia dengan julukan the city that never sleep. Kota ini selalu menyimpan kesibukannya, orang-orang yang mencari hiburan, mengejar perbendaharaan, dikejar tenggat waktu yang tak kenal tapal. Tapi toh, saya menjumpai waktu-waktu lengang di the big apple city ini.

Saya juga pernah ke Jepang, yang juga disebut-sebut manusia sebagai negara yang tak kenal lelah, wabil khusus Tokyo yang nyaris tak memiliki jam kerja. Kita selalu bisa menjumpai lampu-lampu yang menyala di bilik-bilik gedung yang tinggi sebagai tanda selalu ada orang-orang yang mengejar pencapaiannya. Perempatan jalan yang selalu riuh ketika lampu berwarna merah dan tanda pejalan kaki beroperasi dengan sempurna. You named it, jam berapa, hari apa, Tokyo selalu berdetak jantungnya. Tapi saya juga menjumpai, ada detik-detik panjang yang sepi di beberapa bagian kota ini.

Saya juga pernah menginjakkan kaki di London, ibukota Inggris Raya yang masuk sebagai kota-kota besar di dunia. Hiburan, pekerjaan, kesibukan tak pernah absen di kota yang telah tua ini. London telah menjadi saksi tentang sejarah betapa sibuknya manusia. Tapi, sekali lagi, ada kalanya kota ini menghela napas panjang dari berbagai kepenatan.

Hari ini, untuk kesekian kalinya saya menginjakkan kaki di tanah haram, Makkah al Mukaramah, kota suci ini benar-benar tak kenal jeda. Khususnya waktu-waktu seperti ini, ketika Ramadhan tiba. Di seluruh sudut kota, di sepanjang jalan yang meruasinya, selalu ada manusia. Bukan dalam hitungan puluhan atau ratusan, juga bukan dalam hitungan puluhan ribu atau ratusan ribu, tapi berjuta-juta manusia dari seluruh belahan dunia. Hitam, putih, tinggi,pendek, gemuk, kurus, tua, muda, lelaki dan perempuan, termasuk juga yang kaya dan papah.

Selalu ada transaksi di kota ini. Antara manusia dengan manusia, membeli barang atau menjual jasa. Dini hari atau tengah malam, sore hari atau di awal pagi. Siang dan malam seolah sudah bukan lagi penanda waktu untuk menentukan kegiatan. Tapi yang paling menakjubkan adalah, proses transaksi antara makhluk dengan Tuhan. Di tanah ini, seluruh manusia yang hadir sedang melakukan transaksi, menjual dirinya, menghambakan dirinya demi sebuah tebusan besar, ridha Tuhan yang Maha.

Siang atau malam, pagi dan juga petang, panas terik yang menghunjam, atau dingin dan hujan, tak pernah memberi perbedaan. Selalu ada manusia-manusia yang melakukan ibadah. Memuji dan memuja. Menangis dan merintih dengan nada taubat, meneteskan airmata atau memancarkan tatapan haru penuh bahagia.

Itu yang ingin saya ceritakan. Bukan tentang kota-kota yang dipenuhi manusia yang haus hiburan, atau jiwa-jiwa yang tak kenal lelah mengejar sesuatu yang akan kian membuatnya dahaga: dunia!

Saya melihat, orang-orang yang berjalan Thawaf mengitari Ka'bah, bermacam rupa mereka. Ada yang berjalan dengan cepat dan gagah, peluhnya membasahi bahu, bahkan sekujur tubuh. Langkahnya ringan, kuat, membaca kalimat-kalimat doa dengan pasti. Tapi ada juga yang bertubuh besar sekali, langkahnya berat, napasnya lebih berat lagi.

Sekujur tubuhnya mengucurkan peluh, tapi matanya memancarkan semangat untuk menuntaskan satu lagi putaran thawaf yang diperintahkan Rabbul Izzati. Sangat berat langkahnya. Seolah satu angkatan kaki adalah siksaan yang sempurna. Namun demikian, satu per satu langkah diselesaikannya juga.

Ada yang cantik atau tampan, memakai kacamata hitam atau berpayung terang. Baju ihram mereka putih, bersih, bagus dan mungkin mahal. Tapi ada juga yang benar-benar bertolak belakang. Tubuhnya kurus, rambutnya kusam, tulang punggungnya pun tak tegak, pakaian ihramnya selembar kain putih yang nyaris telah berubah warna.

Sungguh mengagumkan, keduanya melakukan perintah yang sama, berdoa dan mengagungkan nama Tuhannya. Mereka datang tidak digerakkan oleh materi, apalagi bendahara duniawi. Sungguh ajaib, mereka datang tidak untuk bersenang-senang, mereka datang untuk bersusah-susah dengan dana yang dikeluarkan sendiri, dan itu sama sekali tidak terhitung ringan.

Subhanallah, apa yang membuat berjuta-juta manusia ini datang kemari? Jika bukan karena seruan iman, jika tidak karena cinta pada yang Maha Tinggi, rasanya tak mungkin, hati, kaki dan tangan berjuta-juta manusia ini bergerak kemari.

Pantas saja Ibrahim pernah ragu ketika diperintah untuk menyeru. Dengan apa aku menyeru manusia, demikian tanyanya. Sesungguhnya bukan Ibrahim yang menyeru, tapi Tuhan yang telah menggerakkan hati dan menanamkan cinta dalam diri manusia pada tanah yang Mulia ini.

Di lorong besar, yang menghubungkan Shafa dan Marwa, saya menyaksikan pemandangan yang menggetarkan hati. Seorang laki-laki, terduduk di lantai untuk mempersiapkan diri menuntaskan sai berittiba pada keluarga Ibrahim yang tak putus asa pada rahmat Ilahi. Dia, laki-laki itu, sedang mengencangkan kakinya yang sebelah kiri. Kaki palsu itu, diikatnya kuat-kuat. Diperiksanya seluruh sudut dan kunci. Mungkin dalam hati ia sambil berkata, "Hari ini kau harus kuat, mengantar aku berlari untuk Sai. Bismillahi."

Dihentak-hentakkannya kaki plastik itu di lantai. Lalu senyum gembira nampak sekali di sudut sinar matanya. Kaki palsu itu, kelak akan bersaksi, telah diikat dengan kuat untuk mengantarnya berlari mencari dan mengejar ridha Tuhan yang Maha Tinggi.

Dari tempat saya berdiri, saya mengantarkannya dengan pandangan yang telah kabur oleh genangan airmata. Dada saya seolah-olah ikut meloncat-loncat dengan kakinya. Lalu saya mengangkat tangan dan berdoa, untuk lelaki yang tak pernah saya kenal nama dan asalnya. "Allahu yardha alaik, Allahuma barik fiik, insya Allah. Berkahilah hidupnya ya Allah dan hamparkanlah ridha-Mu untuknya ya Tuhan yang Maha Mengabulkan doa."

Anda harus ke sini, menyaksikan sendiri dan saya berdoa agar Allah memberi kesempatan pada saya dan Anda untuk selalu mampu mengunjungi tanah yang suci ini.

Anda harus melihat sendiri, betapa ketika menjelang waktu berbuka tiba manusia-manusia ajaib ini berlomba untuk saling memberi. Yang mampu akan memberikan bermacam makanan, tentu yang paling populer adalah Kurma yang penuh berkah. Ada yang membagikan Laban untuk berbuka, roti gandum yang jumlahnya tak terhingga, Gohwa dan Say Ahmar atau the merah yang beraroma mint pembangkit selera.

Bagi yang kurang mampu, agama ini tak pernah kekurangan ruang untuk memberi ruang kepada mereka dalam berbuat kebaikan. Ada yang membeli tissu pengusap peluh yang dibagikan kepada mereka yang mau. Bahkan ada yang hanya menampung air Zam-Zam, mengambil gelas-gelas putih lalu membagikan kepada mereka yang Sai dan tak sempat mengantri. Ada lagi yang lebih menakjubkan, yakni orang-orang yang mengumpulkan kurma pemberian, lalu dibagikan kembali pada orang-orang yang belum mendapatkan.

Duhai, manusia apakah mereka ini? Apa yang menggerakn hatinya? Siapa yang membuat mereka sedemikian rupa? Mereka adalah kaum Muslimin. Dan mereka digerakkan oleh iman. Tentu saja yang menggerakan adalah Dzat yang memiliki nama ar Rahman.

Terkagum-kagum saya, terpana betul di Baitul Haram. Perbedaan-perbedaan kecil ditinggalkan, semua memfokuskan diri dan berporos pada ridha Allah yang Maha Tinggi. Akhlak mengutama saudara menghiasi seluruh perilaku mereka. Mereka bergerak sendiri, tidak diorganisasi oleh negara, apalagi pemerintah tempat kekuasaan hanya mengantarkan pada perpecahan.

Terakhir, saya ingin menceritakan bagian yang paling favorit. Air Zam Zam, satu dari sekian rahmat Allah yang Maha Tinggi. Selepas Thawaf, mereka yang mengelilingi Ka'bah di siang hari mengguyur kepala dan tubuhnya sampai basah. Mereka yang bersa'i, juga mengguyur tubuh mereka di sepanjang jarak antara shafa dan marwa yang penuh berkah.

Ada yang membasahi kain ihramnya, ada yang menyiram jilbabnya, ada yang meletakkan gelas di atas kepala dan dikucur sedikit demi sedikit sambil menuju Shafa atau Marwa. Yang model satu ini, sering membuat lantai basah. Dan petugas bersih-bersih hanya bisa menggelengkan kepala. Berjuta ragam perilaku manusia.

Ada yang mengusapkan air zam zam di kakinya, agar kuat dan sehat. Ada yang menggusap kepalanya dengan doa pintar dan cerdas. Ada yang membasahi dadanya dan berdoa untuk lapang dan ikhlas. Air ini, kata Rasulullah tergantung yang meminumnya. Dan air ini sudah menyentuh hampir seluruh penjuru dunia.

Bayangkan, dari Mekkah mereka dibawa negeri masing-masing tempat asalnya. Benghazi, Tripoli, Timbuktu sampai Tunisia. Kazakhstan, Dagestan,sampai wilayah Eropa Timur lainnya. Indonesia mungkin adalah negeri yang banyak membawa pulang air Zam Zam yang diberkati.

Sesampai di Indonesia, air ini menyebar lagi sampai ke pelosok yang paling jauh yang pernah terbayangkan oleh kita. Dari Aceh hingga Papua, dari Mianggas sampai pulau terluar yang dimiliki negeri kita. Dan air ini, insya Allah tidak akan ada habisnya. Duhai manusia, nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan? Mari bersegera menuju Allah yang senantiasa bergembira melihat hamba-Nya yang bertaubat dan merindukan rumah-Nya. Saya berdoa untuk Anda semua semoga Allah membuat mampu kita pergi ke Baitullah. Dan Insya Allah, Dia yang Maha Rahman akan membuat kita memiliki kemampuan. Karena Dia senang melihat hamba-hamba-Nya yang merindukan perjumpaan.

Pertanyaannya sekarang, sebesar apa kemauan kita, sehingga Allah menganugerahi kemampuan? Selamat meluruskan niat dan memperbesar keinginan. Allahu Akbar!

Sep 16, 2010

Siapa Bani Israil ?

BismiLLAH

~Nabi Yakub adalah keturunan Nabi Ishaq Alaihissalam, anak Nabi Ibrahim Alaihissalam. Sejarah ini bermula ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam melakukan perjalanan dari Iraq ke Syams~

AlhamduliLLAH, Segala puji hanyalah milik ALLAH Azzawajall. Yang telah meninggikan langit dan menyempurnakan segala ciptaanNYA. Menentukan ukuran dan menetapkan ketentuan atasnya. Semua tunduk dan patuh pada ketentuan ALLAH Azzawajall. Shalawat serta salam selalu atas Nabi yang mulia, Muhammad RasuluLLAH SAW. Semoga ALLAH memberkahi keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga hari kiamat. Aamiin.

Insya ALLAH saya akan melanjutkan pembahasan dari postingan blog sebelumnya yang berjudul “Zaman Tipu Daya yang Mempesona”. Pada pembahasan kali ini, insyaALLAH akan kita batasi pada pertanyaan Siapa Bani Israil? Siapa Yahudi? Dan Siapa Zionis?

Siapa Bani Israil ?

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu dan Aku telah melabihkan kamu atas segala umat. (Al-Baqara: 122)

Bani Israel adalah sebutan bagi anak cucu Nabi Yakub Alaihissalam. Nama lain nabi Yakub adalah Israel seperti yang telah disebutkan dalam Al Quran.

Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar". (Aali Imraan: 93)

Nabi Yakub adalah keturunan Nabi Ishaq Alaihissalam, anak Nabi Ibrahim Alaihissalam. Sejarah ini bermula ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam melakukan perjalanan dari Iraq ke Syams (sekarang sudah menjadi Syria, Lebanon, Palestina, Jordan, dan sebagian dari Iraq dan Saudi Arabia). Di negeri Syams inilah dimana Nabi Ishaq dan Nabi Yakub lahir.

Di negeri Syams, dua istri nabi Yakub Alaihissalam melahirkan 12 orang anak. Kita mengetahui selang beberapa waktu kemudian mereka semua bermigrasi ke Mesir, dikarenakan Syams pada saat itu sedang dilanda kekeringan dalam jangka waktu yang cukup lama. Migrasi ini juga dikarenakan atas undangan anak Nabi Yakub yaitu Nabi Yusuf Alaihissalam.

Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: "Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman". (Yusuf: 99)

Setelah migrasi ini, bani Israil menetap di Mesir. Riwayat menyebutkan mereka tinggal di Mesir dalam kurun waktu sekitar 200 tahun. Disini mereka mendapat siksaan dan penindasan dari pemerintahan firaun pada waktu itu.

Pada rentang waktu 200 tahun itu, ALLAH Azzawajall mengutus Nabi Musa Alaihissalam untuk memberi peringatan kepada firaun agar berhenti membuat kerusakan dan menghambakan diri kepada ALLAH Azzawajall. Namun firaun menolak dan mengumpulkan bala tentaranya, baik para penyihir untuk melawan Nabi Musa. Nabi Musa Alaihissalam kemudian membawa Bani Israil untuk meninggalkan Mesir dan menuju Tanah Suci. Namun bani Israil menolak untuk berperang bersama Musa untuk melawan kaum pagan di Tanah Suci.

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi nabi diantaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain".

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.

Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya".

Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".

Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja".

Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu".

Allah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu". (Al Maidah: 20-26)

InsyaALLAH, saya cukupkan sampai disini. Jika ada yang ingin menambahkan, saya sangat apresiatif. Postingan berikutnya insyaALLAH saya akan melanjutkan kisah Bani Israil dan zaman keemasan bersama pemerintahan Nabi Daud Alaihissalam dan anaknya Nabi Sulaiman Alaihissalam.

WaALLAHua'lambshawwab

Sebuah Doa di Bulan Syawwal

Allahuma Rabbil Arsyil Adhim, Ramadhan yang mulia telah pergi, ampuni kami atas segala ibadah yang kurang sempurna. Di bulan Syawwal ini semoga apa yang kami pelajari dari Ramadhan, mampu meningkatkan iman dan takwa.

Allahuma Arhamarrahimin, duhai Dzat yang Mahamengetahui, ada banyak doa yang belum sempat kami bisikan, tapi sungguh Engkau Maha Tahu segala apa yang kami harapkan.

Allahuma Anta Khairul Raziqin, karuniakan lah kepada kami rezeki ilmu dan pemahaman, kesadaran dan kedewasaan, iman dan keselamatan, sungguh hanya Engkau yang Maha Menentukan.

Allahuma Anta Malik al Quddus, hanya Engkau yang menguasai, angkatlah seluruh penderitaan kaum Muslimin ini, genapi kekurangannya, tutupi aib dan auratnya, kuatkan kelemahannya, dan menangkan atas orang-orang yang dzalim.

~Hanya kepada-Mu kami bersandar, meletakkan harapan dan mengangkat tangan mengajukan permintaan. Jangan biarkan hati, akal, dan perasaan kami tertawan oleh yang selain-Mu.~

Allahuma Anta Hayyul Qayyum, duhai Dzat yang abadi dan tak pernah tidur, tempat kami mengadukan segala luka dan perih, tempat kami memanjatkan segala duka hati, tempat kami bersandar dari rasa pedih, menangkan kaum Muslimin atas kedzaliman yang menindasnya, tolonglah para Mujahidin atas perjuangannya, tinggikan derajat mereka, dan selamatkan mereka dari ujub dan riya, sombong dan durhaka, karena sungguh itu semua yang membuat amal mereka binasa.

Allahuma Anta Salam, duhai Dzat yang melindungi dan menyelamatkan. Salimna syababal minal Muslimin, selamatkan pemuda dan pemudi Islam, jadi mereka golongan yang meninggikan kalimat-Mu. Salimna nisaul minal Muslimin, lindungi para perempuan kami, dari fitnah yang keji dan dari perilaku menipu diri.

Allahuma ya Allah, Dzat yang tak berawal dan tak pula memiliki akhir. Dzat yang mengatur angin dan menggerakkan alam. Dzat yang menurunkan malam dan mengangkat fajar. Jadikanlah seluruh gerak semesta ini setiap hari semakin menambah iman kami. Jangan jadikan gerak angin, laju awan, turunnya hujan justru menambah kelalaian dan menjadi azab bagi kami yang lemah dan sering lupa diri.

Ya Wahab, Ya Ghaffar, duhai Dzat yang ampunannya seluas langit dan seberat bumi, duhai Dzat yang menyambut orang-orang yang bertaubat, duhai Dzat yang mencintai manusia-manusia yang berserah diri. Hanya kepada-Mu kami bersandar, meletakkan harapan dan mengangkat tangan mengajukan permintaan. Jangan biarkan hati, akal, dan perasaan kami tertawan oleh yang selain-Mu. Jangan biarkan kami bersandar pada selain-Mu. Jangan biarkan hati kami takut pada selain-Mu. Jangan biarkan akal kami tunduk pada selain-Mu. Jadikan kepala kami tegak karena kebenaran, keadilan, dan nama-Mu. Izinkanlah ya Allah.

Ya Allah yang mengabulkan segala doa, kabulkanlah dan tolonglah kami semua, amin. Dan, pertemukan kami dengan Ramadhan di tahun depan. 

Sep 12, 2010

Eid Mubarak 1431 H



Ada berjuta keindahan ketika kita mampu memaafkan.

Maaf yang tulus karena mengharap RidhaNYA.


Di hari yang begitu indah,

hari yang ALLAH Azzawajall khususkan untuk mereka

hambaNYA yang beramal penuh ketaqwaan


Maka hari ini, wajah-wajah berseri

penuh syukur atas kemenangan karuniaNYA

menempuh keberkahan Ramadhan yang telah berlalu

menyisakan rindu...


Taqabal ALLAH minna wa minkum

Semoga ALLAH menerima amalmu dan kita semua

Keberkahan Ied terlimpah atas dirimu dan kita semua


~Aditia A. Pratama dan Keluarga~

Sep 11, 2010

Benar-benar Menang atau hanya 'Klaim' Kemenangan

BismiLLAH

Dua hari telah berlalu semenjak fajar syawal tiba. Hingga detik ini kita terus merasakan curahan nikmat karunia ALLAH Azzawajall yang tak terhingga. SubhanaLLAH, semoga ALLAH menerima amal kami dan kita semua.

Beranjak ke fenomena 1 syawal, dimana semua orang yang selesai melaksanakan ibadah shoum di bulan Ramadhan sibuk melakukan silaturahiim. Sebelumnya saya ingin sedikit membahas tentang hikmah Shoum di bulan Ramadhan. Kita lihat sendiri di awal ramadhan, kita menyaksikan bahwa shaf-shaf masjid penuh. Semua berlomba-lomba untuk menuju masjid dan shalat berjamaah. Semua menunaikan perintah shalat berjamaah dengan sangat total.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, ada banyak hikmah yang ALLAH Azzawajall berikan kepada hambaNYA di bulan ini. Semua ketaatan yang dilakukan di bulan ini adalah indikator kebaikan seorang muslim yang harus tetap dijalankan selama 11 bulan berikutnya. Jika di bulan ramadhan tahun ini target kita adalah tidak pernah meninggalkan shalat rawatib 12 rakaat. Maka target ini harus terus berjalan setelah Ramadhan berakhir, terus konsisten tanpa batas waktu yang ditentukan.

Ketaatan kepada ALLAH Azzawajall tidak hanya dilakukan selama ramadhan saja, melainkan terus menerus sepanjang tahun. Ramadhan berikutnya seharusnya sudah memiliki target peningkatan kebaikan dari kebaikan sebelumnya. Lucunya banyak muslim yang beranggapan bahwa taat, ya hanya pada waktu Ramadhan saja. Ini adalah apa yang saya lihat hari ini.

“oops...Untung ramadhan udah selesai” kata seseorang yang baru saja menucapkan kata-kata tidak baik dari mulutnya. Saya yang mendengar hal tersebut merasa sangat sedih. Seperti itukah pemahaman kita terhadap ramadhan? Apakah kita mereduksi ketaatan kita sebagai seorang hamba hanya untuk di bulan ramadhan saja? Bukankah ALLAH Azzawajall memerintahkan kita untuk beribadah kepadaNYA sepanjang waktu?

Kembali ke hari ini, saat saya menyaksikan masjid yang pada saat ramadhan penuh hingga 4 shaff pada shalat isya, kini hanya tingga tinggal kurang dari 1 shaff. Semua orang masih sibuk dengan agenda silaturahiimnya. Saya tidak mengatakan bahwa silaturahiim pada saat Ied itu salah. Namun, tolong mengertilah, bahwa kita adalah ummat yang diperintahkan untuk seimbang. Tidak timpang di salah satu sisinya saja.

Kita boleh bersilaturahiim, namun tidak mengesampingkan ibadah shalat kita. Kadang adapula tamu-tamu yang berkunjung ketika waktu shalat tiba, dan tentu ini menyebabkan orang yang dikunjungi harus tertahan dan tak dapat melaksanakan shalat tepat waktu. Ada etika disini, dan kita sudah mengetahui bahwa waktu-waktu shalat yang harus dipenuhi seruannya. Bukan hanya untuk orang tua yang sudah menginjak usia senja, melainkan untuk semua kalangan usia. Panggilan shalat tepat waktu adalah perintah yang harus kita tunaikan.

Dan kini kita kembali ke makna 'kemenangan' yang sering menghiasi pesan singkat kita ketika Ied tiba. Apakah makna kemenangan disini? Apa yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang menang? Ramadhan ibarat lomba marathon, mereka yang memiliki resistensi atau ketahanan untuk terus konsisten dengan amalnya hingga akhir akan mendapat reward yang luar biasa dari ALLAH Azzawajall. 

Sekarang kita tentu melihat realita, menyaksikannya bahwa banyak yang kembali ke perilaku lama setelah Ied tiba. Lantas apakah gelar orang-orang yang menang itu pantas kita raih? Atau itu hanya klaim sepihak yang kita lakukan untuk ikut-ikutan menang bersama mereka yang benar-benar berjihad? Sudah saatnya bagi kita untuk bermuhasabbah.

WaALLAHua'lambishawwab

Sep 6, 2010

Zaman Tipu Daya yang Mempesona

BismiLLAH

Menyelingi malam-malam dengan mulai banyak membaca, mulai dari ratusan artikel yang ada di hardisk laptop, hingga spesifik judul bacaan di rak buku. Banyak yang menarik, dan ingin rasanya bisa menulis seperti penulis-penulis besar tersebut. Sudah saatnya bagi saya untuk bisa berbagi banyak tentang hal ini. Tentang kisah antara kebaikan dan kejahatan. Tentang tipu daya yang sering kita anggap sebagai realitas. Tak ayal bahwa muslihat tetaplah muslihat, dan kepalsuan tak akan mampu menandingi kebenaran yang sejati, kebenaran mutlak dari Sang Pemilik Semesta.

Pertempuran antara dua kubu yang bersitegang (Haq dan Bathil) tersebut telah memainkan perananya sendiri dalam kisah yang begitu rumit. Kisah yang biasa bagi manusia yang 'tidak memiliki kemauan' untuk berpikir ulang tentang maksud dari banyak peristiwa yang terjadi. Dalam banyak adegan yang silih berganti mengisi layar kehidupan kita, kita akan terpesona dengan keindahan luar tanpa melihat esensi dalam. Inilah dunia, dan kita sedang berada di era gelap menuju detik terakhir akhir zaman. Zaman tipu daya yang mempesona.

InsyaALLAH postingan berikutnya akan membahas tentang Bani Israil, Yahudi dan Zionis. Semoga ALLAH Azzawajall memudahkan. aamiin

Disqus for "JANNAH" We're Coming !!!

Komentar Terbaru

Powered by Disqus

Sudah dikunjungi

Ubuntu 11.10 is coming

Let's be friend